Kamis, 28 Januari 2016

CERPEN PESAN TERAKHIR IBU

  Hai semua.. kali ini saya akan memposting tentang karangan saya sendiri, ya walaupun mungkin belum terlalu bagus, tapi saya akan meningkatkan dan belajar terus menerus, untuk itu kalau ada yang salah dalam penulisan maupun bahasa mohon dimaklumi dan mohon komennya yah, selamat membaca :)

 

PESAN TERAKHIR IBU

Suatu hari ada seorang anak yang bernama Mutiara, ia biasa dipanggil Muti. Muti anak Pertama dari dua bersaudara, dan dia mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Fahri. Sejak kecil Muti tinggal dikeluarga yang sederhana, namun walau begitu mereka sangat rukun dan bahagia. Karna itulah keluarga mereka dikenal baik oleh tetangga dan masyarakat di tempat tinggalnya meskipun tidak mempunyai harta yang banyak.
Sekarang usia Muti 13 tahun, sementara adiknya berumur 10 tahun. Beberapa hari yang lalu Muti baru saja berusia genap 13 tahun dan ibunya memberikan Ia sebuah kalung liontin dan ayahnya memberikan sebuah penjepit rambut yang tak seberapa harganya. Akan tetapi meskipun ayah dan ibunya tidak bisa memberikan barang-barang mewah yang harganya tidak murah, Muti sangat senang karna ayah dan ibunya masih sempat memberinya kado yang tak seberapa harganya dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan. Sebenarnya Muti hanya meminta kepada Tuhan kelak Ia akan menjadi orang yang sukses agar bisa keluar dari kesulitan ekonomi keluarganya dan bisa membanggakan ke-dua orangtuanya nanti. Itulah doa setiap Muti bertambah usia.

Muti adalah anak yang cerdas, dia selalu mendapatkan peringkat pertama dari kelas 1 SD sampai sekarang ini, dia juga sering mengikuti lomba cerdas cermat dan dia juga sering sekali menjuarai lomba yang diikutinya, karna kecerdasannya itu, Muti mendapat beasiswa dan bisa terus melanjutkan sekolah  hingga jenjang Univeersitas. Bagi Muti meskipun Ia anak yang tidak mampu tetapi Ia tidak pernah malu ataupun berbohong tentang keadaan keluarganya, justru itu menjadi penyemangat bagi Muti untuk lebih giat bersekolah dan mewujudkan cita-citanya.
Adiknyapun mengikuti jenjang sang kakak, Fahri sering mendapat peringkat pertama dan menjuarai berbagai lomba karna Ia belajar dari sang kakak dan ingin seperti kakaknya, Mutipun selalu mengajari dan memotivasi Fahri dalam belajar, dan Ia selalu mencontohkan yang baik pada adiknya. Ayah dan ibunyapun bangga terhadap mereka berdua.

Suatu ketika, sepulang sekolah Muti menemui ibunya dan berbicara yang cukup serius pada Muti.

Ibu    : “Nak, sini sebentar, ibu mau bicara dengan kamu”

Muti  : “Iya Bu... (berjalan menghampiri sang ibu), iya bu, ada apa?”

Ibu    : “Jaga baik-baik adikmu yah? Bimbing dia agar menjadi anak soleh yang berguna untuk agama, bangsa dan negara. Dan kamu harus jadi anak yang solehah, sukses dan jauhi sikap atau perilaku yang buruk”

Muti  : “Iya ibu... insya allah, Muti akan menjalankan anamat dari ibu tadi (sambil tersenyum)”

Pesan itu disampaikan sehari sebelum Hari Ibu. 
Fahri dan Muti ingat bahwa pada hari ibu itu bertepatan dengan hari ulang tahun ibunya, mereka berdua ingin membelikan sebuah mukenah baru untuk ibunya, karna mukenah yang lama sudah sering sobek dan tak layak pakai, akhirnya Fahri dan Muti berencana untuk membelikan sebuah mukenah baru untuk ibunya dan memberinya pada hari ibu.
Jauh-jauh hari sepulang sekolah Muti dan Fahri selalu pergi untuk mencari uang dan menyisihkan sebagian hasil kerja kerasnya untuk ditabung, jadi mereka tidak perlu pusing lagi memikirkan uang untuk membeli mukenah baru untuk sang ibu.
21 Desember 2015, Muti dan Valen langsung pergi untuk membeli mukenah baru yang tak mahal karna uang mereka tak cukup untuk membeli mukenah yang bagus dan mahal. Mereka berdua pergi kesana kemari mencari mukenah yang bagus tetapi harganya yang pas dengan uang yang dimiliki mereka, namun sayang kebanyakan pedagang menjual harga mukenah yang hargnya lumayan mahal. Akhirnya Muti dan Fahri terpaksa harus bekerja keras lagi untuk mendapatkan uang tambahan.
Hari sudah mulai gelap, Muti dan fahri sudah mendapatkan mukenh baru untuk ibunya, dan kini mereka sedang berjalan menuju istana kecil mereka. Sesampainya di rumah, mereka bingung mengapa ada bendera kuning dan ramai sekali orang yang berdatangn ke rumah mereka, merekapun bergegas masuk ke dalam rumah dan ternyata dihadapan mereka ada seseorang yang sudah terbujur kaku dan tak bernafas, disamping orang itu ada sang ayah yang menangis, ketika Muti duduk di samping sang ayah dan perlahan mulai membuka kain yang menutupi muka orang tersebut, ternyata yang dilihatnya adalah sosok wanita yang melahirkannya, ya itu adalah ibunya Muti, Ia kaget dan menangis histeris karna kini malaikat yang selalu menemani hari-harinya sudah tiada, Fahripun ikut menagis histeris karna sangat merasa kehilangan ibunya, tak sempat mereka mengucapkan selamat ulang tahun dan hari ibu juga memberikan sebuah mukenah baru dari hasil kerja keras Muti dan adiknya, mereka sangat merasakan kesedihan yang luar biasa, namun ini sudah takdir dari Allah swt dan merekapun berusaha tegar juga menerima kenyataan pahit ini.
Setelah proses pemakaman ibunya selesai, ayah Muti menceritakan semua kejadian yang terjadi pada ibunya. Ternyata ibunya tertabrak mobilketika ibunya ingin pergi ke pasar untuk bekerja. Orang yang menabrak ibunyapun mau bertanggungjawab, orang tersebut mau memberikan kehidupan yang layak untuk keluarga Muti dan menyekolahkan Muti dan Fahri hingga ke jenjang Universitas.Muti tak menyangka bahwa pembicaraan sehari sebelum kematian ibunya adalah pesan terakhir ibunya.

Nama Penulis : Siti Nurhalimah

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar